Cabuk Rambak bisa jadi salah satu kuliner pilihan untuk sarapan ataupun makan siang. Bahan utamanya adalah (cabuk) dan (rambak). Cabuk merupakan saus yang digunakan untuk kuliner ini. Sedangkan rambak merupakan pelengkap dalam hidangan ini.
Cabuk adalah saus yang terbuat dari wijen dan kelapa sangrai yang dihaluskan bersama dengan bumbu-bumbu lainnya. Wijen dan kelapa sangrai ini kemudian dimasak dan ditambah bumbu yang dihaluskan yaitu daun jerukpurut, bawang putih, kemiri, kencur, lada bubuk serta gula dan garam.
Cara memasak saos tersebut dengan menambahkan air dan mengaduknya hingga saos mengental. Cabuk artinya ampas wijen yang telah diambil minyaknya. Akan tetapi cabuk yang digunakan saat ini sebagai saos adalah wijen utuh tanpa diambil minyaknya terlebih dahulu. Ini karena saat ini sudah jarang orang yang membuat minyak wijen secara tradisional sehingga cukup sulit mencari ampas wijen.
Cabuk halus ini nantinya akan ditambahkan air hingga menjadi saus yang kental. Sekilas saus cabuk ini mirip dengan sambel peel yang terbuat dari kacang tanah. Tapi tentu saja keduanya sangat berbeda dalam segi rasa karena dibuat dari bahan yang berbeda pula.Biasanya cabuk rambak ini akan disajikan dalam pincuk atau wadah yang terbuat dari daun pisang. Dalam pincuk tersebut diberi ketupat yang diiris tipis-tipis. Setelah itu barulah di siram dengan saus cabuk.
Terakhir ditambahkan rambak. Cabuk rambak ini dimakan dengan menggunakan tusuk gigi atau sendok yang terbuat dari daun.
Ketupat yang digunakan seringkali disebut sebagai “Gendar Janur”. Gendar adalah nasi yang padat sedangkan janur adalah daun kelapa yang masih muda yang digunakan sebagai pembungkus ketupat. Ada beberapa jenis
makanan khas solo yang juga menggunakan bahan ketupat dan disiram saos,seperti misalnya pecel atau gado-gado. Hanya saja yang membedakan cabuk rambak dengan pecel adalah saosnya. Saos pecel atau gado-gado terbuat dari bahan dasar kacang sedangkan saos cabuk rambak terbuat dari campuran wijen dan kelapa.
Dahulu rambak yang digunakan dalam kuliner cabuk rambak ini merupakan kerupuk kulit sapi atau kulit kerbau. Hanya saja lama kelamaan rambak dari kerupuk kulit ini diganti dengan rambak yang dibuat dari nasi. Ini terjadi karena harga krupuk rambak yang teruat dari nasi harganya lebih murah dibanding krupuk rambak dari kulit sapi.
Pedagang cabuk rambak biasanya meletakkan dagangannya di tampah yaituwadah yang terbuat dari bambu berbentuk bulat dengan tinggi sekitar 1 cm. Selain itu pedagang cabuk rambak juga membawa “tenggok” yaitu wadah yang terbuat dari bambu juga yang tingginya sekitar 50 cm. Dalam tenggok itu diisi daun pisang dan botol berisi air untuk melarutkan cabuk juga rambak.
Di dalam tampah pedagang cabuk rambak akan diisi ketupat, wadah berisi cabuk yang masih berupa bubuk maupun yang sudah dilarutkan. Harga cabuk rambak ini sangat murah. Dengan membayar Rp 2.000 – Rp 5.000 kita sudah bisa mendapatkan satu porsi cabuk rambak. Murah meriah bukan?
''sumber: jodybirowo.blogspot.com''
Tidak ada komentar:
Posting Komentar